• +628115711132
  • invictus93@cukelingkumang.com

Tanggal 24 Januari 2019, saya menghadiri Pra RAT di Kedem’ak Air Tabun, Ketungau. Sungguh suatu kehormatan karena sudah lama saya tidak pernah ke sana sejak tidak lagi menjadi pengurus CUKK. Waktu itu musim hujan.

Saya membuat kilas balik dalam benak ketika diundang untuk mendirikan TP di sana. Mau tahu? Baru dua orang yang menjadi anggota CUKK. Apakah mungkin anggota yang baru dua orang sebuah TP bisa didirikan? Belum pernah itu terjadi. Ternyata warga di sana sangat antusias mau ber-CU. Pertemuan malam itu dihadiri 90 orang dewasa, tidak termasuk anak-anak yang berkeliaran ke sana kemari. Yang hadir semua berkomitmen mau menjadi anggota CUKK. Sesuatu yang menggembirakan ketika banyak orang ingin berubah ke arah yang lebih baik.

Mau tahu berapa jarak kantor Pusat CUKK dengan Kedem’ak? Jika ditembak lurus dari kantor pusat, begitu kata mereka waktu itu, jarak kantor pusat hanya sekitar 60 km. “Bagaimana kalian tahu?” tanya saya waktu itu. Suara orang di Kedem’ak yang menggunakan HT terdengar jelas. Jangkauan HT sekitar 60 km. Saya setuju saja. Tak banyak tahu tentang alat komunikasi itu.

Waktu itu perjalanan menuju kampung ini penuh dengan rasa frustrasi. Sepeda motor harus melewati jalan tikus dari Belitang Hulu. Empat jam lebih waktu yang kami habiskan baru kami tiba. Matahari sudah terbenam. Saya melihat rumah-rumah warga diterangi lampu pelita. Beberapa warga yang ekonominya sudah bagus menggunakan penerangan listrik dari genset. Beberapa warga bekerja di Perusahaan HTI Finantara. Sehari-hari seperti warga kebanyakan, berladang dan menoreh karet. Aku membayangkan semua itu di kepalaku.

Tanggal 23 Januari 2019 itu kami menggunakan mobil toyota hi-lux double gardan. Hanya mobil semacam itu yang mampu menembus medan ke wilayah Ketungau ini. Jalan negara Sintang – Senaning masih hancur berantakan. Untuk ke sana harus menggunakan jalan milik perusahaan sawit. Nah... ini yang baru. Kebun sawit milik perusahaan perkebunan sawit sudah ada dimana-mana. Saya melihat bekas-bekas hutan dengan kayu yang masih relatif besar sudah terkapar dimana-mana, ada yang dibenamkan ke dalam tanah. Dan kemudian, pohon-pohon sawit menggantikannya. Tak ada hal seperti itu ketika aku pertama kali ke sana. Terkesan, perkebunan kelapa sawitlah yang membuka keterisoliran wilayah di sana. Sayangnya hutan-hutanlah yang menjadi korbannya.

Bagaimana dengan peran CUKK? Apakah sudah secara nyata mampu meningkatkan perekonomian anggotanya? Pasti ada, tapi data yang rinci pasti tidak punya. Sekilas memandang rumah-rumah anggota, kendaraan yang mereka pakai, penampilan mereka sehari-hari menunjukan adanya perkembangan.

Saya tersanjung.... gara-gara ketua panita berucap dalam sambutannya bahwa kita dihadiri pak Munal, pendiri CUKK, orang yang juga mendirikan TP CUKK di sini. Anggota yang hadir memenuhi aula bahkan sampai meluber. Pikiran saya teringat dengan Almarhum Pak Bujek yang sangat berperan dalam pendirian TP di sini. Dialah orang yang keras kepala agar TP segera didirikan. “Untuk kantor, pak Munal bisa pakai fasilitas di desa ini, kantor desa bisa dipakai, bisa direhab, apa saja yang diperlukan akan kami berikan demi berdirinya TP di sini, begitu katanya dengan saya. Doa saya, Pak Bujek sudah berbahagia di alam keabadian.

Saya akhirnya naik panggung memberikan sambutan. Panjang lebar, memberikan motivasi agar terus ber-CU. Jadilah anggota yang setia. “Yang ber-CU secara sungguh-sungguh pasti akan tumbuh ekonomi keluarganya. Atur keuangan rumah tangga dengan bagus seperti yang diajarkan pihak CU,” kata saya.

Ketika akhirnya Bapak Camat memberikan sambutan, saya agak terkejut. Katanya dia senang mendengar narasai sambutan saya, seperti sedang mengikuti kuliah.... ha... ha... ha...***

Share This