• +628115711132
  • invictus93@cukelingkumang.com

Pada masa pendemi ini, para anggota CUKK yang memiliki penghasilan utama dari sawit tentu juga merasakan dampak dari ketidakpastian kondisi di Indonesia dan dunia. Ada kekhawatiran mengenai harga CPO yang tidak stabil atau bahkan turun secara drastis. Ditambah lagi, para petani tetap perlu memastikan perawatan tanaman sawit khususnya pemupukan harus rutin dilakukan, agar buah yang dihasilkan memiliki kualitas CPO yang tinggi. 

Mengingat harga pupuk kimia yang mahal, CUKK menyarankan alternatif penggunaan pupuk organik dari bahan-bahan alami sekitar anggota, misalnya sekam padi, daun-daun hijau, batang pisang, ampas gergaji, abu dapur dan air cucian beras. Pembuatan pupuk organik ini diajarkan langsung oleh pendamping sekolah lapangan (SL) CUKK kepada peserta kelas. Menurut Lusia Siska, trainer SL, selain murah, penggunaan pupuk organik sangat ramah lingkungan. “Penggunaan pupuk organik yang terus menerus, tidak akan merusak struktur tanah dan sifat tanah itu sendiri. Selain itu, dosis pupuk juga tidak akan berpengaruh pada struktur tanah dan tanaman, artinya semakin banyak dosis pupuk organik yang diberikan, semakin baik pula fungsinya bagi tanah dan tanaman. Manfaat lainnya, pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan,” jelasnya.

Penggunaan pupuk organik ini sangat disarankan CUKK, terutama bagi para anggotanya. Hal ini selaras dengan konsep triple bottom line (sosial, lingkungan, dan keuangan) yang CUKK terapkan dalam pelayanan kepada anggotanya. CUKK pun mengajak anggota agar dalam kehidupan sehari-harinya, menerapkan semangat ini, misalnya dengan penggunaan pupuk organik, sehingga nanti para petani sawit dapat melaksanakan budidaya sawit berkelanjutan dan ramah lingkungan, sesuai dengan standar Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).

(AJ dan LS)

Share This